Wednesday, September 12, 2007

My Synthetic Friend

Aku terbangun dari tidurku yang amat sangat nyenyak, tidurku hampa tanpa mimpi-mimpi.

Kenapa ya? Mungkin karena obat yang kuminum.

“hmm.. hebat juga obatnya si abang”, pikirku.
Padahal tadi aku gak percaya kalo obat itu bisa mengobati insomnia-ku.

Kata si abang, itu obat anti depresi, setiap kita berpikir terlalu keras, kita akan merasa mengantuk, itu supaya kita tidur dan berhenti berpikir.

Hoho.. obat ajaib.

Oh iya, aku tegaskan disini, aku tidak meminum obat itu melebihi dosis, hanya satu atau dua butir (25 mg – 50 mg) setiap hari, jadi it’s absolutely not a drugs abuse.
Coba baca di DOI (Daftar Obat di Indonesia), amt (nama obatnya kusingkat, untuk menghindari hal-hal yang tidak kuinginkan) adalah jenis obat anti-depressan dan tidak akan membahayakan apabila mengkonsumsi dibawah 200mg. So, I’m using it for health purpose.

Selama hampir sebulan, obat itu selalu menjadi temanku. Selama itu pula hari-hari ku diisi dengan meminjamkan telinga untuk mendengarkan keluh-kesah orang-orang disekitarku. Itu adalah salah satu bakat terpendamku yang lain, sebagai pendengar dan penasihat. Entah mengapa, hampir semua orang yang kukenal, mereka selalu menemuiku atau meneleponku saat mereka dalam masalah.

Lucu yah? Aku menjadi tempat pembuangan keluh-kesah mereka, dan siapa yang menjadi tempat pembuanganku?
Jawabannya simple sekali, aku membuang semuanya keatas kertas, baik lembaran kecil, lembaran besar, sobekan kecil ataupun sobekan besar. Di buku tulis, kertas A4, struk belanja, slip ATM, semuanya yang berwujud kertas kecuali uang, tentunya.
Tetapi, tulisan-tulisan itu mulai berkurang hingga tidak ada sama sekali semenjak aku mulai berteman dengan AMT ini.

Sebulan setelah perkenalanku dengan AMT, saat insomnia itu tidak lagi menjadi masalah, AMT tetap menjadi cemilan illegal ku setiap hari.
Bahkan, aku mulai meminumnya dengan kopi atau bir, karena efeknya sudah tidak sekuat sebelumnya. Padahal aku bisa menambah dosis nya menjadi 4 butir atau 5 butir tanpa takut overdosis, tetapi aku tidak mau. Tidak tahu apa alasanku saat itu (sampai sekarang pun aku tak tahu), aku hanya tidak mau.

Beberapa temanku bilang, saat aku dlm pengaruh AMT aku menjadi bego.
Peduli amat, toh aku tau saat efeknya hilang aku akan jadi pintar lagi.

Bagaimana kelanjutannya? apakah aku kecanduan?

Hm.. menjadi anak baik bukan bakatku, menjadi ketagihan pun bukan bakatku.

I’m not an addict, I just happened to like them.

Don’t worry, mama papa, aku gak akan kecanduan.

And it’s true! Setelah dua bulan dalam kegilaan yang tenang bersama AMT, aku berhenti dan tidak berteman lagi dengan AMT.

Tidak ada masalah, aku tetap bisa tidur dengan cukup, tidak ada rasa menggigil, atau “nagih”.

Semuanya normal.

0 comments: