Sunday, February 3, 2008

[#1] konstelasi waktu & bulan purnama

Sonjed sent me an email.
at first i thought it was one of his stupid-lame-heartstabbing joke.
pas baca... ugh... it wasn't a joke. not stupid. not lame. it's heartstabbing.
oh...hell... dunno wat to say... i just keep my mouth shut and let my tears do the talking.
umm..
u can all read it.
i have the permission from him to post it here.


Malam 2 Februari 2008, gak tw kenapa si Gw pengen banget nulis, padahal terus terang ngantuk banget mata ini kepengennya…….tp mungkin kantuk malam ini kalah oleh keinginan untuk mengurai satu persatu, sedikit melihat kebelakang, dan mensyukuri apa yang telah terjadi hari ini.


Part One: The Beginning

Semua bermula entah berapa hari, berapa bulan di tahun yang dibelakang, ketika aku sedang khusyuk berkelana dalam maya, mengumpulkan puluhan orang yang suatu saat akan menjadi teman. Dan ternyata ku menemukan seseorang yang pada saat pertama melihat pun berubah menjadi sebuah ketertarikan……subhanallah ternyata Allah telah menciptakan sesuatu yang tidak abadi namun indah terbungkus dalam kesederhanaan.

Setelahnya entah berapa hari, berapa bulan dalam satu tahun yang telah dibelakang, awal ketertarikan itu ternyata bias, berevolusi menjadi sebuah keingintahuan, ya itu berevolusi tiap kali melihat ciptaan Allah yang tidak abadi namun indah terbungkus dalam kesederhanaan.

Walaupun hal itu telah berevolusi namun aku masih sadar bahwa ada ruang besar yang sangat dalam yang hanya mata yang bisa menikmatinya. Seiring waktu entah berapa hari, berapa bulan dalam tahun yang sudah dibelakang, ternyata sang waktu tidak beranjak dari imaji yang telah berevolusi menjadi keingintahuan, cara-cara yang nampak normal dilakukan, dan ternyata walaupun tetap terhalang sebuah ruang besar yang sangat dalam sedikit demi sedikit aku bisa berinteraksi dengan sebuah ciptaan Allah yang tidak abadi namun indah terbungkus kesederhanaan itu.

“ Cinta bisa datang, Cinta bisa memilih, Cinta bisa pergi, namun cinta tidak bisa menunggu”
(jomblo,scene Chirstian sugiono & Rizky Hanggono, kantin kampus)

Ekses dari cara-cara yang nampak normal walaupun terhalang ruang besar yang sangat dalam itu ternyata mengkakibatkan tahap evolusi naik pada anak tangga selanjutnya. Kesenangan2 kecil karena dapat ber-Say Hi, mengirimkan senyum, menanyakan kabar, canda2 ringan, sampai trik2 yg sedikit lebih fantastis dalam sebuah jendela obrolan, menjadikan keingintahuan berbuah rindu2 khayalan manakala gambar wanita terbaring dengan sebuah pedang tidak tampak di jendela obrolan.

Entah berapa hari, dalam beberapa bulan dari waktu di tahun yang dibelakang, imaji itu terulang, senyuman muncul walau hanya empat atau lima baris terbaca dalam obrolan, ucap pamit ketika waktu sudah menunjukan bahwa hari ini sudah tidak siang, membawa harapan bahwa besok aku dapat tersenyum kembali bersama imaji ketika membaca baris2 dari apa yang tertulis oleh si empunya gambar wanita terbaring dengan sebuah pedang dalam jendela obrolan.

Walupun kadang kenyataanya hari esok tidak ada senyuman karena si empunya gambar wanita terbaring dengan sebuah pedang tidak muncul dalam jendela obrolan, atau mungkin dia bersembunyi? Apapun itu imaji menambahkan dedaknya dalam kalbu, mengukukuhkan hati bahwa ada sesuatu yang tidak abadi namun indah terbungkus kesederhanaan nun jauh disana dalam sebuah ruang besar yang sangat dalam.

0 comments: