Part Four : Awal datang ketika akhir menjelang
…………………………………..
I hope someday that you will see the way my soul lies still.
For all the love, within my heart is strong and it is real.
Someday I hope to make you mine, for the future of my life.
And everyday I hope and pray that you will be my wife.
This is just a simple plea, a simple wish of mine.
That you will be with me until the end of time.
I know that this is asking much, but much I do desire.
I know you may not understand, but my heart is on fire.
Each time I am remembering you, each time I feel hold you tight,
I wonder if it will be my last and if I have the right.
For I am, just a simple man and live with simple life
I only pray to God each night that you will be my wife.
I cannot find the words to say that will make you mine.
I only have one simple plea, to ask for all time.
If all the words came rolling down, as water in the sea,
None would ever be the same as "will you marry me?"
(second proposal, poem by nunu d’ebel)
Paket itu terkirim tepat dihari yang kiranya kenyataan akan merubah lajur hidup, sebuah rencana terpatri dalam benak, hari ini adalah saat yang akan teringat sepanjang hidup, namun sang waktu terangkat bagai kapas tehempas topan, rencana itu gagal.
Tak apa besok hari matahari akan terbit di tempat yang sama, berarti sang waktu kiranya masih dapat membantu, dan rencana lain pun disiapkan.
Pada saat rencana sudah menjadikan senyum, imaji terbang sekan lupa hinggap dibumi, kenyataan itu datang……..sang waktu ternyata enggan menemani, terbersit sesal kenapa hal itu terbaca pada saat senyum sudah mengembang.
…………………………………………..
kang sonny, I do sorry for can not be a part of your dreams. I do sorry for it.Bunch of thanks for being such a nice person andhave been kept those feeling.Thanks to Allah and you who have gave me this chance. hatur nuhun ya kang u/ waktu, kesempatan, dan perasaanyang udah terlibat. punten, ga banyak yang bisa ta lakukan. smoga Allah ridho dngn jalan ini.smoga kang sony selalu dilimpahi cinta dan barokah dari Allah.Ammin.
Tidak…….tidak……ini maya……..ini tidak nyata…………..ini terlalu tak pantas untuk terjadi………………ini bukan dia……………ini bukan sang purnama…………ini bukan sang bidadari pagi…..ini bukan sang dewi malam…….ini sangat sakit……………….tidak…….tidak……………..ini tidak nyata!!!!!!!
Termenung, sakit, tidak percaya, mengingat kembali semua yang sudah terjadi, keindahan yang sederhana yang selalu rapat dalam kelopak mata, ini tidak adil!!!!
Rencana yang sudah membuahkan senyum pada awalnya enggan sekali dirasakan, tidak…tidak mau dalam kondisi ini, tidak suka dengan kondisi ini………….
Tapi memang jiwa ini sudah terlalu sering sakit, sehingga untuk mengingkari bahwa itu bukan yang sebenarnya pun tidak bisa.
Kesadaran baru pun muncul, rencana harus tetap berjalan namun dengan tujuan yang berbeda, ini bukan aku, apa yang dilakukan selama ini bukan diri sendiri, terlalu banyak hal baru yang dirasakan sehingga membuat nyaman untuk tidak menjadi diri sendiri, rencana harus dilakukan……..HARUS!!!!!
Maka hari itu, sehari lepas dari apa yang diharapkan, tepat dipenghujung bulan yang awal, di hari mendung selepas hujan.
Ku paksa sang waktu untuk menemani, ku tandangi sang purnama, dan dia hadir tetap dengan keindahanya yang sederhana, tanpa perubahan sedikit pun, indah senyumnya membasuh kerak-kerak hitam dalam dada…..besok kita kan berbincang, bukan sebagai si empunya gambar wanita terbaring dengan sebuah pedang namun sebagai dirinya, sebagai bidadari pagi, sebagai dewi malam, sebagai sang purnama yang sebenarnya, dengan diriku yang menjalani dengan caraku…..yah itu yang terbaik.
Pada detik itu pun semua kerak-kerak hitam di dalam dada kususun menjadi sebuah rangkaian paragraph dalam benaku, itu yang harus kulakukan.
Sekian banyak rangkaian kerak-itu ku himpun dengan harapan itu menjadikan pamungkas untuk meluluhkan tembok pualam sehingga tampak keindahan itu yang sebenarnya, bukan hanya sebgai si empunya gambar wanita terbaring dengan sebuah pedang, bukan sebagai bidadari pagi, bukan pula sebagai dewi malam, tp menjadi dia yang seutuhnya sebuah ciptaan Allah yang tidak abadi namun indah terbungkus kesederhanaan, itu yang kuharap, itu yang kusimpan dalam imaji, untuk itu, hanya untuku.
“Seperti menikam diri sendiri tanpa sakit menjerit. Kutelan pedih karena mencintai dirimu yang hanya meninggalkan serpihan lara. Kau pagutkan hatimu pada orang lain ketika kata setia kujaga di atas pengharapan satu satunya. Tiada ingin kuakhirkan jejak cintaku selain kepadamu. Tapi kini segalanya telah cukup. Selama ini kau hanya memberiku mimpi belaka, lain tidak. Aku pergi karena terlalu mencintaimu, itulah akhirnya. Biarlah rasa ini kupendam mati. Dan jangankau pernah bertanya meski ada ruang untuk kembali. Aku yang memulakan, aku juga yang harus meniadakan. Dari tiada menjadi ada, dari ada menjadi tiada. Meski jerit sakitku tak berbuah tangis tapi jiwaku merapal duka yang meraja di atas bahagiamu.”
(diambil dari moamaremka.blogspot.com)
Ya hari ini, pagi ini hari kedua di bulan yang kedua, kusiapkan diri, ku siapkan sesempurna mungkin, dengan harapan keindahan itu akan merubah keyakinannya, kusiapkan semua kerak-kerak dalam hati menjadi rangkaian yang meyakinkan dalam nalar, dengan dada terbusung dan kepala segan untuk menunduk kuhampiri kenyataan yang akan terjadi.
Pada waktu yang telah dijanjikan, dengan rapalan minta ampun kepada Allah selama perjalanan, di sebuah tempat keramaian yang belum ramai, kulihat dia, kulihat langsung keindahan itu, sebenar-benarnya keindahan dibalut kesederhanaan, dibalut hijab dengan cardigan warna senada….ya maroon….itu warna kesukaan dia, warna yang membuat keindahan itu nampak lebih sempurna.
Duduk dihadapan dia, keindahan yang dipuja, sapa cengkrama, sampai pada waktunya aku harus menjadi diriku sendiri, kukeluarkan kerak-kerak dalam hati itu
“ sony bertanya kembali, apakah neng mau menikah dengan sony?”
hanya berujung pada itulah kerak-kerak dalam hati itu tercurah, tak sanggup sampai ke muara, tak sanggup untuk menggerus habis semua kerak-kerak dalam hati, bahkan tak selesai ketika kusampaikan apa yang kulakukan mempertaruhkan sebuah hal yang sangat berharga bagi diriku, tak bisa, tak mampu, tak bisa kujadi diriku sendiri seutuhnya, keindahan itu manatap, keindahan itu menyimak, keindahan itu mengernyitkan dahinya.
Dan keindahan itu akhirnya berucap, keindahan itu ternyata memang sebuah tembok pualam, keindahan itu hanya menjadikan yang kulakukan tak lebih dari cipratan lumpur, namun dia tetap sebuah keindahan, dalam keteguhannya, keindahan itu mengalirkan kesejukan, keindahan itu memberikan keajaiban, keindahan itu menuntun imaji ku tuk kembali menapak ke bumi.
“ dengan tidak merasa dipalingkan dari apa yang kita minta,sesungguhnya itu karena hati kita yang menutupinya…..”
Indah, meluluhkan, sederhana, menghapus semua sisa kerak yang terstinggal.
Perlahan imajiku menapak ke bumi, egoku menyetujui keindahan itu, walau pun ada sempat terucap kata untuk membelokan maksudnya. Tapi sekali lagi keindahan itu menunjukan, menunjukan sebuah kesederhanaan yang tidak pura-pura.
Walau sakit, namun sakitnya sekejap dan hanya berbekas seperti usapan kasih seorang Ibu kepada anaknya yang nakal, walaupun ingin sekali ku memohon, memelas, bersimbah sujud agar tembok pulam itu memberikan keindahannya untukku, tapi tidak….tidak itu terjadi, justru dengan keindahannya, dengan kesederhanaanya, dia memberi kekuatan untuk dada tetap terbusung, dan kepala yang enggan untuk menunduk.
Satu lagi keajaiban baru yang kurasasakan, kurasakan karena aku bersama keindahan itu, rasa sakit yang sempat terasa berubah menjadi kehangatan, tak ada tangis yangin terderai justru senyum kebahagiaan, akhirnya dapat merasakan hal yang selama ini dicari, kehangatan, kesederhanaan, kekuatan, keindahan, perasaan nyaman, hanya untuk-ku, ya hanya untuk-ku, walaupun disadari itu bukan untuk kumiliki, tapi apa yang selama ini dicari ternyata bukan sesuatu yang mustahil, Allah memang menciptakan hal yang didambakan, sang purnama adalah buktinya, namun bukan dia yang diberikan untukku oleh Nya, sedang ditangguhkan atau ada yang lebih baik, tak sabar ku tunggu apa yang akan diberikan-Nya untuku, kalau saja jalan untuk mengingatkan ku sudah seindah ini…..Subhanallah.
Siang ini, hari kedua, dibulan kedua menjadikan kita kembali ke perasaan nyaman sebagai teman, kembali kita tertawa, kembali kita membincangkan apa saja, kembali kita membahas hal-hal yang menjadi lucu, sungguh siang yang indah, sempurna, dan nyaman, seakan tak pernah terjadi imaji-imaji yang berevolusi dalam ruang besar yang sangat dalam.
Hari ini, siang ini, dihari kedua dibulan yang kedua, waktu yang entah berhari-hari, entah berbulan-bulan sebelumnya di waktu tahun sebelumnya, berkumpul, menghampiri, merapat dan berhubungan, membentuk sebuah konstelasi……yah konstelasi waktu dan bulan purnama.
The End
Ps: Neng nuhun, buat semua pengalaman-pengalaman, hal-hal yang pertama kalinya sony rasakan selama beberapa bulan ini, semoga apa yang masing-masing kita niatkan menjadikan do’a yang akan diberikan atau diganti dengan yang lebih baik oleh Allah.
Neng nuhun, untuk menjadi bidadari pagi, menjadi dewi malam, menjadi purnama yang sebenarnya, dan yang paling terpenting menjadi salah satu bagian yang indah dalam hidup Sony, nuhun.
0 comments
Labels: aku dan hidupku